Selasa, 27 Desember 2011

Pertunjukan musik jawa


LAPORAN PERTUNJUKAN
MUSIK JAWA

OLEH:
NILA MIRACLE

1.Tujuan Pengamatan Musik:
1.Mengenal budaya jawa
2.Memperdalam jiwa kebudayaan jawa dalam masyarakat
3.Mengkaji lirik tembang-tembang jawa
4.Menambah wawasan tentang budaya jawa
5.Sebagai edukasi remaja tentang budaya jawa


2.Acara,Tempat,dan Tanggal Pelaksanaan:
Pertunjukan musik diadakan pada tanggal 3 desember 2010,di desa Kesamben Kulon kecamatan Ringin Anom kabupaten Gresik,dan yang mempunyai hajat adalah bpk.Supriyadi/Sawita,pertunjukan musik di Kesamben Kulon ini diadakan dalam rangka Tasyakuran keluarga Bpk.Supriyadi/Sawita.


3.Jenis Alat Musik Yang Digunakan:
1.Klenengan
2.Gambang
3.Kempul
4.Bonang
5.Kendang
6.Ketipung
7.Gamelan
8.Gong
9.Drum
10.Ecek-ecek


4.Cara Penyajian:
Pertunjukan music yang diadakan oleh Bpk.Supriyadi,diadakan ditempat terbuka,para penyajinya yang memainkan alat music semuanya memakai seragam,penyanyinya mengenakan kebayak,penyanyinya berjumlah empat,dan setiap penyanyi membawakan/menyanyikan tembang-tembang jawa yang berbeda,nama grup music yang dipertontonkan di Kesamben kulon ini adalah Sapto Budoyo,yang terkenal dengan sebutan Sriasih CS,Nama Sriasih CS diambil dari  salah satu penyanyi yang bernama Sriasih,Sriasih mempunyai banyak penggemar,dan banyak dikenal oleh masyarakat,oleh sebab itu grup Sapto Budoyo banyak dikenal oleh masyarakat atau kata lainya dapat disebut sebagai grup music jawa yang terkenal didaerah setempat.


5.Fungsi Music Tersebut Dalam Masyarakat:

Fungsi Musik dalam Masyarakat
Sebagai bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal, musik memiliki fungsi sosial yang secara universal umumnya dapat ditemukan di setiap kebudayaan suku bangsa manapun di seluruh dunia.

1.Fungsi Ekspresi Emosional
Pada berbagai kebudayaan, musik memiliki fungsi sebagai kendaraan dalam mengekspresikan ide-ide dan emosi. Di Barat musik digunakan untuk menstimulasi perilaku sehingga dalam masyarakat mereka ada lagu-lagu untuk menghadirkan ketenangan. Para pencipta musik dari waktu ke waktu telah menunjukkan kebebasannya mengungkapkan ekspresi emosinya yang dikaitkan dengan berbagai objek cerapan seperti alam, cinta, suka-duka, amarah, pikiran, dan bahkan mereka telah mulai dengan cara-cara mengotak-atik nada-nada sesuai dengan suasana hatinya.

2.Fungsi Penikmatan Estetis
Pada dasarnya setiap orang telah dikaruniai oleh Tuhan Allah dengan berbagai kemampuan belajar (ability to learn) dan bakat (talent) tentang apa saja. Selain bisa belajar dari lingkungan alam dan sosialnya, orang juga bisa belajar dari pengalamannya sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan dan kecepatan berbeda-beda dalam hal mencerap atau memahami keindahan tentang apa saja termasuk pula keindahan musik.
Untuk menikmati rasa indah (estetis), maka orang perlu belajar dengan cara membiasakan diri mendengarkan musik-musik kesukaannya sendiri. Kemudian ia bisa mulai mencoba endengarkan musik-musik jenis lain yang baru didengarnya dan kemudian akan menyukainya. Setiap jenis musik memiliki keunikan melodis, ritmis, dan harmonis; maupun terkait dengan komposisi dan instrumentasinya.

3.Fungsi Hiburan
Hiburan (entertainment) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan hati bagi seseorang atau publik. Musik sebagai salahsatu cabang seni juga memiliki fungsi menyenangkan hati, membuat rasa puas akan irama, bahasa melodi, atau keteraturan dari harmoninya. Seseorang bisa saja tidak memahami teks musik, tetapi ia cukup terpuaskan atau terhibur hatinya dengan pola-pola melodi, atau pola-pola ritme dalam irama musik tertentu.
Jika para penikmat musik klasik sangat senang dengan kompleksitas bangun musik dan orkestrasinya, maka pencinta musik pop lebih terhibur dengan teks syair, melodi yang menyentuh kalbu, atraksi panggung, atau bahkan hanya popularitas penyanyinya saja. Kini musik bahkan ditengarai lebih berfungsi hiburan karena industri musik berkembang dengan sangat cepat.

4.Fungsi Komunikasi
Musik sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baik dalam keadaan damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan sangkakala (sejenis trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku-suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakanteriakan pun dikenal dalam suku-suku asli yang hidup baik di pegunungan maupun di hutan-hutan. Bunyi-bunyi teratur, berpola-pola ritmik, dan menggunakan aluralur melodi itu menandakan adanya fungsi komunikasi dalam musik. Komunikasi elektronik yang menggunakan telepon semakin hari semakin banyak menggunakan bunyi-bunyi musikal.

5.Fungsi Representasi Simbolik
Dalam berbagai budaya bangsa, suku-suku, atau daerah-daerah yang masih mempertahankan tradisi nenek-moyang mereka; musik digunakan sebagai sarana mewujudkan simbol-simbol dari nilai-nilai tradisi dan budaya setempat. Kesenangan, kesedihan, kesetiaan, kepatuhan, penghormatan, rasa bangga, dan rasa memiliki, atau perasaan-perasaan khas mereka disimbolkan melalui musik baik secara sendiri maupun menjadi bagian dari tarian, syair-syair, dan upacaraupacara.

6.Fungsi Respon Sosial
Para pencipta lagu nasional Indonesia sangat peka terhadap adanya kondisi sosial, tingkat kesejahteraan rakyat, dan kegelisahan masyarakat. Mereka menciptakan lagu-lagu populer yang menggunakan syair-syair menyentuh perhatian publik seperti yang dilakukan oleh Bimbo, Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Harry Roesli, Gombloh, Ully Sigar Rusady, dan masih banyak lagi. Pada umumnya para pencipta lagu itu melakukan kritik sosial dan bahkan protes keras terutama ditujukan kepada pemerintah. Para pengamen jalanan juga tak kalah seru mengumandangkan lagu-lagu protes sosialnya, misalnya lagu yang bertema PNS, penderitaan anak jalanan, generasi muda yang tanpa arah, dan lain sebagainya.

7.Fungsi Pendidikan Norma Sosial
Musik banyak pula digunakan sebagai media untuk mengajarkan norma-norma, aturan-aturan yang sekalipun tidak tertulis namun berlaku di tengah masyarakat. Para pencipta lagu anak seperti Bu Kasur, Pak Kasur, Pak Daljono, AT Mahmud, Ibu Sud—semua berupaya mengajarkan anak-anak berperilaku sopan, halus, hormat kepada orangtua, cinta keindahan, sayangi tanaman dan binatang, patuh pada guru, dan lain sebagainya. Keindahan alam, kesejahteraan sosial, kenyamanan hidup, dan semua norma-norma kehidupan bermasyarakat telah mendapatkan perhatian yang sangat penting dari para pencipta lagu tersebut.

8.Fungsi Pelestari Kebudayaan
Lagu-lagu daerah banyak sekali berfungsi sebagai pelestari budayanya, karena tema-tema dan cerita di dalam syair menggambarkan budaya secara jelas. Syair-syair lagu sering juga berasal dari pantunpantun yang biasa dilantunkan oleh masyarakat adat dan daerah-daerah di Indonesia. Budaya Minangkabau dapat dipertahankan keberadaannya dengan berbagai cara, tetapi musik Minang sangat jelas karakteristiknya yang mudah mewakili daya tarik terhadap tempat berkembangnya budaya itu ialah Propinsi Sumatera Barat dan sekitarnya. Lagu-lagu Jawa, mulai dari yang klasik hingga kini yang berwarna populer seperti musik campursari, digemari masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melengkapi musik kroncong yang lebih dahulu berkembang. Ada budaya Jawa yang dilestarikan melalui syairsyair berbasa Jawa, melodi-melodi yang bernuansa Jawa dari karawitan. Musik Sunda dan sekitarnya di Propinsi Jawa Barat memiliki rasa yang sangat khas adalah bagian dari upacara-upacara sosial dan keagamaan masyarakatnya. Indonesia memiliki kekayaan budaya dan terutama musiknya seperti termasuk yang paling dikenal dunia seperti Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan bahkan Papua.

9.Fungsi Pemersatu Bangsa
Setiap bangsa memiliki lagu kebangsaan (national anthem) yang mewakili citarasa estetik, semangat kebangsaan, dan watak dari budaya masing-masing. Lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Soepratman adalah lagu atau musik yang diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang mendiami daerah-daerah di wilayah Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil.
Keaneka-ragaman budaya yang sangat banyak jumlahnya harus dirangkum dalam satu kesatuan budaya nasional tanpa meninggalkan budaya-budaya lokal. Dalam kesatuan tanah-air, bangsa, dan bahasa; Indonesia diperkenalkan kepada dunia melalui Indonesia Raya. Tetapi, lagu-lagu nasional Indonesia juga tidak sedikit yang bisa berfungsi sebagai pemersatu bangsa sekalipun bukan sebagai lagu kebangsaan, contohnya antara lain Berkibarlah Benderaku, Bangun Pemudi-Pemuda, Bagimu Negeri, Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Pusaka, Hari Merdeka, Rayuan Pulau Kelapa, Mars Pancasila, Halo-Halo Bandung, dan Syukur.

10.Fungsi Promosi Dagang
Musik yang dikreasi untuk kepentingan promosi dagang kini banyak berkembang seiring dengan laju pertumbuhan iklan yang disiarkan melalui radio-radio siaran dan televisi-televisi swasta terutama di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Musik-musik iklan bisa saja dirancang oleh penciptanya secara baru, tetapi juga ada yang berbentuk penggalan lagu yang sudah ada, sudah populer, dan digemari segmen pasar yang dituju


6.Kesimpulan
Pada dasarnya musik daerah kususnya jawa sudah mulai surut atau budaya jawa sudah hampir hilang,hal ini dapat dilihat,bahwasanya remaja sekarang lebih suka menyanyikan lagu-lagu barat,tidak hanya itu,sekarang jika ada yang remaja yang peduli dengan budaya jawa seperti menyanyikan tembang-tembang jawa,menari tarian daerah,dll yang berkaitan dengan budaya jawa katanya itu GJ (Gak Jaman) atau ada yang bialang juga Katrok,ndeso dsb,tidak hanya itu remaja sekarang lebih mengenal budaya-budaya barat dibanding dengan budaya jawa maupun budaya Indonesia sendiri,remaja sekarang saja lebih suka barbahasa Inggris,dan berbahasa lain di banding dengan berbahasa jawa,di sinilah sebenarnya kalau Indonesia sekarang telah dijajah oleh Negara lain tanpa kita sadari itu,karena dilihat dari budaya daerah kita sendiri,sebenarnya Indonesia itu sangat kaya akan kebudayanya,tapi jika remaja tetap saja merasa gengsi dengan budayanya sendiri maka,Bagaimana Indonesia dapat berkembang?,seharusnya kita iri dengan Negara lain,Negara lain saja ingin mempelajari budaya kita,kenapa kita mesti gengsi dengan budaya kita sendiri,Oleh sebab itu mulai sekarang kita harus lebih meningkatkan rasa kebudayaan pada diri kita sendiri.

Cara Pembuatan Tempe







BAB I
PENDAHULUAN
OLEH: NILA MIRACLE

Judul Penelitian :
‘’Pembuatan Tempe”
Latar Belakang :
‘’Cara Pembuatan Tempe”
‘’Pembungkus Yang Baik Untuk Pembuatan Tempe”
Rumusan Masalah :
”Bagaimana Cara Pembuatan Tempe?”
‘’Pembungkus Yang Bagaimana Yang Baik Untuk Pembuatan Tempe?”
Tujuan Penelitian :
 ‘’Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Tempe”
“Untuk Mengetahui Pembungkus Yang Baik Untuk Pembuatan Tempe”
Manfaat Penelitian :
Dapat mengetahui cara pembuatan tempe d engan cara fermentasi”
”Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tempe”
Variabel Penelitian:
a.Variabel Kontrol : Variabel yang sengaja dibuat sama oleh peneliti ,yaitu : jenis kedelai,jenis ragi,dan banyaknya ragi.
b.Variabel Bebas : Macam pembungkus,yaitu:daun pisang.daun pisang yang dilubangi,plastik,dan plastik yang dilubangi.
c.Variabel Respon : Hasil tempe dengan berbagai perlakuan.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori yang Mendukung
Pengertian Tempe
Tempe adalah salah satu hasil pangan dari Indonesia, dimana dalam prose pembuatannya dengan cara fermentasi dari kacang kedelai /kacang-kacang lainnya yang dapat difermentasikan dengan Rhizopus oligosporus. Kedelai merupakan bahan yang bermanfaat untuk mendapatkan manfaat tersebut perlu adanya pengolahan dan penyajian supaya zat-zat pentingnya tidak hilang. Salah satunya dibuat tempe. Tempe merupakan makanan alami yang baik untuk keshatan. Disamping itu, tempe juga mengandung anti oksidan yang dapat menghambat oksidasi kolesterol LDL darah manusia. Dengan demikian, bisa menghambat infiltrasi lemak / LDL teroksidasi ke dalam jaringan pembuluh darah. Ini dapat mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah yang memicu timbulnya penyakit jantung koroner.
Pengolahan kedelai menjadi tempe dapat memberikan nilai lebih. Selama proses fermentasikan kedelai menjadi tempe, terjadinya produksi enzim fitase oleh Rhizopus oligosporus. Enzin fitase ini berfungsi memecah fitat yang merugikan, yaitu mengikat beberapa mineral, sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh.
Kedelai yang merupakan bahan dasar tempe mengandung protein 35% bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur, kedelai mempunyai protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
Tahapan-Tahapan Proses Fermentasi pada Pembuatan Tempe
1. Penyediaan Suspensi Inokulum
Spora Rhizopus oligosporusdiinokulasikan dalam medium PDA (Potato Dextrose Agar) dan diinkubasikan selama 7 hari pada suhu 30°C. Spora disuspensikan ke dalam larutan NaCl 0,9% steril dan disimpan pada suhu 4°C. Suspensi inilah yang selanjutnya digunakan sebagai inokulum pada proses fermentasi berikutnya. Jumlah spora dalam suspensi inokulum kapang adalah 5 . 10spora / ml.
2. Pembuatan Media Fermentasi
Jumlah kedelai yang digunakan untuk media fermentasi adalah 200 gram kedelai direndam dengan air selama 20 jam dengan ph 4-5. Kemudian kedelai dikuliti dan dibersihkan dengan air ledeng yang mengalir. Lalu dilakukan penirisan pada tampan agar diperoleh biji kedelai yang semi basah. Kedelai ditempatkan dalam labu erlenmeyer 500ml dan disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah dingin, kedelai siap diinokulasi.
3. Fermentasi Kedelai
Proses fermentasi dilakukan dengan inokulum 1%. Campuran kedelai dan inokulum yang homogen dituang dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu +30°C selama +48 jam
Teori Rhizopus oligosporus
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen sehingga disebut juga kapang (mold) Rhizopus oligosporus. Kapang ini digunakan dalam pembuatan tempe melalui fermentasi dengan bahan dasar kedelai. Rhizopus oligosporus membentuk hifa penetrasi rata-rata 1400 μm2 (+300μm2) diluar permukaan kotiledon dan1010μm2 (340μm2) pada bagian dalam (flat). Hifa terinfiltasi pada 742 μm2 atau sekitar 25% rata-rata lebar kotiledon kedelai.
Kemudian proses fermentasi terjadi secara aerob melalui lubang berpori pada pembungkus. Proses fermentasi mengakibatkan semakin meningkatnya nilai protein dan gizi dibandingkan dengan bahan dasarnya, yaitu kedelai. Pada proses fermentasi ini, protein dalam kedelai dapat terurai menjadi asam-asam amino yang mudah dicerna oleh tubuh dan oleh enzim fitase yang berfungsi memecah fitat yang merugikan, yaitu mengikat beberapa mineral, sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh, serta adanya pengaruh dari enzim-enzim β-glukoksidase yang menghidrolisa glukosa isoflavon sehingga kandungan daidzein geinsten dalam tempe meningkat berfungsi sebagi antioksidan terhadap kanker.
Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Pembuatan Tempe
Penggunaan bahan baku dan campuran sangat menentukan kadar protein, lemak, dan karbohidrat serta serat yang terkandung pada tempe. Semakin banyak bahan campuran yang ditambahkan semakin rendah kadar proteinnya.
 Cara pemasakan (pengukusan / perebusan) mempengaruhi kehilangan protein selama proses pembuatannya. Semakin lama pengukusan semakin banyak protein yang hilang. Antara pengukusan dan perebusan tidak jauh berbeda dalam kehilangan proteinnya. Dengan cara pengukusan akan lebih cepat kering daripada dengan perebusan.
 Inokulum yang digunakan sangat mempengaruhi rasa. Hal ini karena pengaruh strain kapang dalam inokulasi berbeda satu sama lain.
 Kenampakan tempe putih / agak kekuningan dapat dipengaruhi bahan campuran, inokulum dan juga selama proses pembuatannya yang melalui perendaman, pengelupasan kulit, pemasakan, inokulasi, pengukuran, serta inkubasi.

Selain hal-hal diatas, waktu melakukan praktikum perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Proses pencucian dan perendaman amat diperlukan untuk menghilangkan inhibitor dari kedelai serta mempermudah proses pengelupasan kulit.
2. Kedelainya harus dipilih yang baik (tidak busuk dan tidak kotor).
3. Air yang digunakan harus bersih, tidak berbau dan tidak berkuman penyakit.
4. Bibit tempe dipilih yang masih aktif (diremas, tidak menggumpal).
5. Cara pengerjaan harus bersih.
6. Proses pengelupasan untuk mempercepat proses fermentasi agar berjalan dengan baik karena adanya kulit ari dapat menghambat proses penetrasi miselium rhizopus.
7. Proses pengelupasan dapat menggunakan alat pengelupas atau cara tradisional yaitu diinjak-injak menggunakan kaki.
8. Proses pengeringan dimaksydkan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam kedelai. Bila masih ada cukup banyak air akan mengakibatkan berkembangnya bakteri Bacillus subtitis yang menghambat perkembangan kapang sehingga hasil tempe yang kurang baik.
9. Proses pengeringan dapat dilakukan pada ruang terbuka kemudian inokulasi jika suhu sudah dibawah 40°C.
10. Proses fermentasi dilakukan pada suhu 35°C / lebih rendah dengan media pembungkus. Fermentasi akan berjalan baik pada kisaran suhu hangat ruangan, karena proses insersi lag phase membutuhkan suhu yang cukup. Jika suhu dibawah 25°C dapat mempercepat Aspergillus flavus dan Mytoxin yang beracun.
11. Pemilihan media pembungkus sangat penting, biasanya menggunakan daun pisang tapi lebih baik menggunakan plastik.
12. Pelubangan media pembungkus dilakukan secara teratur untuk mendorong pertumbuhan jamur tempe dengan baik secara aerasi untuk mendapatkan cukup udara.
13. Pemilihan suhu inkubasi sangat menentukan kecepatan fermentasi. Tempe yang dihasilkan kurang baik jika temperaturnya dibawah 25°C atau diatas 40°C. Pada suhu 37-38°C akan dihasilkan tempe dalam waktu 48 jam.
14. Diantara 16-20 jam proses fermentasi akan dihasilkan miselium pada tempe, tapi belum terlalu banyak. Kemudian setelah fermentasi 12-16 jam, fermentasi akan menghasilkan panas.
15. Bila tempe yang dihasilkan tidak beraroma dan berasa manis mengindikasikan adanya kontaminasi bakteri. Sedangkan bila dihasilkan aroma berarti proses fermentasi terlalu lama. Apabila di sekitar lubang aerasi terdapat warna hitam, menandakan terjadinya sporalasi jamur (fungus).
16. Warna kuning khas tempe merupakan hasil biosintesis β-carotine dan Rhizopus oligosporus yang menandakan proses fermentasi berjalan cukup baik.
Setelah melakukan praktikum, untuk meninjau hasil ada beberapa kriteria untuk mengidentifikasikan bahwa tempe yang dibuat mempunyai kualitas yang baik. Kriteria tersebut antara lain:
Fungsi Reagen
1. Kacang Kedelai : sebagai medium fermentasi sekaligus sebagai bahan dasar tempe.
2. Ragi : mengandung spora Rhizopus oligosporussebagai inokulum dalam proses fermentasi.
3. Air : mencuci, merendam, dan mengukus.
Manfaat Tempe
1. Membantu proses pembentukan tulang dan mencegah osteoporosis, dimana tempe mengandung zat isoflavon, khususnya daidzein geinstein, serta isoflavon tempe.
2. Membantu pembentukan sel-sel darah dan mencegah anemia dengan terdapatnya vit B12 dan zat besi.
3. Menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga mencegah penyakit jantung dengan fitosterol asam lemak PUFA, Niasr Calsium, serta terdapat senyawa penghambat aktivitas HMG CoA reduktase yang membentuk kolesterol.
4. Mencegah penyakit diare dan disentri, karena kandungan seratnya tinggi sehingga baik untuk pencernaan dan juga mengandung senyawa yang meningkatkan ketebalan tubuh terhadap Escheria coli.
5. Mencegah kanker serta penyakit degeneratif karena mengandung vitamin E. Karotenoid, super oksida, deismutase, isoflavoid yang menstabilkan radikal bebas dalam tubuh.
Penelitian Terdahulu
Bahan :
a. Kedelai
b. Ragi tempe
c. Air secukupnya

Alat :
a.Panci 
b.Kompor
c.Pengaduk
d.Daun pisang
e.Tampah
f.Air
Cara Pembuatan Tempe
1. Biji kedelai yang sudah dipilih / dibersihkan dan kotoran, dicuci dengan air dari PDAM atau air sumur yang bersih selama 1 jam.
2. Setelah bersih, kedelai direbus dalam air selama 2 jam.
3. Kedelai kemudian direndam 12 jam dalam air panas / hangat bekas perebusan supaya kedelai mengambang.
4. Berikutnya kedelai direndam dalam air dingin selama 12 jam.
5. Setelah 24 jam direndam seperti pada butir 3 dan 4, kedelai dicuci dan dikuliti.
6. Setelah dikuliti, kedelai direbus untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selam perendaman,
7. Kedelai diambil dan dandang diltekkan di atas tampah dan diratakan tipis-tipis selanjutnya kedelai dibiarkan dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.
8. Sesudah itu, kedelai dicampur dengan ragi 2%W guna mempercepat / merangsang pertumbuhan jamur. Proses mencampur kedelai dengan ragi memakan waktu sekitar 20 menit. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe kedelai.
9. Bila campuran bahan fermentasi kedelai sudah rata, campuran tersebut dicetak dalam loyang atau cetakan kayu dengan lapisan plastik atau daun yang akhirnya dipakai sebagai pembungkus. Sebelumnya plastik dilubangi / ditusuk-tusuk dengan tujuan memberi udara supaya jamur yang tumbuh bewarna putih. Proses pencetakan / pembungkusan memakan waktu 3 jam. Daun yang biasanya digunakan untuk membungkus adalah daun pisang / daun jati.
10. Campuran kedelai yang telah dicetak dan diratakan permukaannya dihamparkan di atas rak kemudian ditutup selama 24 jam.
11. Setelah 24 jam, tutup dibuka dan campuran kedelai didinginkan / diangin-anginkan selama 24 jam lagi. Setelah itu, campuran kedelai telah menjadi tempe siap jual.


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Bahan yang digunakan
a. Kedelai 
b. Ragi tempe : secukupnya
c. Air : secukupnya
d. Pembungkus(Daun pisang,daun pisang yang dilubangi,plastik,plastik yang dilubangi)
Alat yang digunakan
a. Panci ukuran sedang
b. Kompor
c. Sendok
d. Lap kering
Cara Kerja
1. Bersihkan kedelai dari batu dan kotoran lainnya.
2. Cuci kemudian rendam 1 malam, tiriskan.
3. Kupas kulitnya sampai bersih, lalu cuci lagi agar kulit arinya hilang semua.
4. Kukus atau rebus selama 7menit dan gunakan air secukupnya.
5. Keringkan, kemudian sebar kedelai (1-2 cm) agar mempercepat pengeringan.
6. Kacang kedelai akan mendingin jika tampak kering (tidak mengkilap lagi) maka sudah bisa diinokulasi.
7. Tambahkan ragi tempe.
8. Aduk sampai rata.
9. Bungkus dengan pembungkus
10. Catat dan amati perubahan setiap harinya ( berat, warna, aroma, tekstur miselium pada tempe).








































BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Tabel Pengamatan

Kelompok
Warna
Bau
Rasa
Keterangan
1
 Putih Kapas
 Tempe
 Gurih
 Menggunakan daun dilubangi
2
 Putih Kapas
 Tempe
 Gurih
 Menggunakan plastik dilubangi
3
 Putih Agak hitam Kapas
 Agak busuk
 Gurih sedkit masam
 Menggunakan daun tdk dilubangi
4
 Warna Asli Kedelai
 Busuk
 Masam
 Menggunakan plastik tdk dilubangi

Pembahasan
a. Pengaruh berat ragi terhadap hasil
Berdasarkan hasil percobaan, berat ragi 0,5%W yang memberikan hasil lebih baik dibandingkan 0,2%W. Padahal secara teori ragi optimum adalah 0,2%W. Hal ini dikarenakan ragi yang ditambahkan ke dalam kedelai tidak semuanya bekerja optimum, sehingga pada penambahan ragi 0,5%W, ragi yang bekerja kurang dari 0,5%W. Jadi pada ragi 0,2%W pun ragi yang bekerja kurang dari itu, sehingga tidak memenuhi berat optimum ragi 0,2%W. Sedangkan pada penambahan ragi 0,5%W masih ada kemungkinan ragi 0,2%W-nya bekerja secara optimum.Ragi yang tidak bekerja secara optimal dikarenakan ada sebagian ragi yang menggumpal. Ragi yang menggumpal disebabkan pada saat pengeringan kedelai dan jagung belum benar-benar kering.
b. Pengaruh jenis pembungkus
Pada percobaan, tempe yang dibungkus dengan kertas HVS memiliki tekstur, aroma, warna dan miselium yang lebih baik daripada dengan plastik. Hal ini disebabkan karena kertas HVS memiliki pori-pori yang lebih besar daripada plastik, sehingga aerasi pada kertas HVS lebih baik. Oleh karena itu pertumbuhan miselium pada kertas HVS lebih optimal dibandingkan plastik. Selain itu juga disebabkan karena pemberian lubang aerasi yang kurang pada plastik, sehingga aerasi pada saat fermentasi kurang optimum. Sebab fermentasi dapat berlangsung pada kondisi aerob.
c. Pengaruh jenis bahan dasar
Tempe yang dihasilkan dari kacang kedelai lebih bagus dan berhasil dibandingkan dengan yang terbuat dari jagung. Hal ini dikarenakan oleh kandungan protein kacang kedelai lebih besar daripada jagung. Sedangkan Rhizopus bertugas menguraikan protein agar dapat menjadi asam-asam amino yang mudah dicerna oleh tubuh. Sehingga lebih mudah melakukan proses fermentasi pada bahan dasar yang punya banyak protein, yaitu kacang kedelai. Akhirnya tempe yang terbuat dari jagung kurang berhasil.
Aerasi mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan kapang Rhizopus oligosporus. Jamur ini tumbuh baik di satu tempat saja (tidak merata) bila aerasi kurang. Sebaliknya, jika oksigen terlalu banyak akan memacu terjadinya sporulasi yang mengakibatkan bercak hitam pada tempe.
Kapang merupakan bakteri yang memerlukan oksigen yang cukup untuk pertumbuhannya. Selain itu uap air yang berlebih akan menghambat difusi oksigen ke dalam kedelai maupun jagung, pada saat pembungkusan sebaiknya aliran udara diatur agar tidak telalu kedap yaitu memberi lubang pada pembungkus.



















BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
a.       Semakin banyak jumlah berat ragi yang digunakan hasil tempeyang diperoleh lebih optimum.
b.      Bahan pembungkus yang paling baik adalah kertas HVS.
c.       Bahan dasar yang paling bagus dalam pembuatan tempe adalah kacang kedelai.
d.      Aerasi mempemngaruhi kualitas tempe yang dihasilkan.
e.      Tempe yang dibungkus daun pisang akan lebih cepat jadi,dan mempunyai hasil yang baik karena pembungkus daun pisang lebih baik dari pada plastik,hal ini disebabkan karena daun pisang pori-porinya lebih besar sedangkan plastik tertutup,hasil terbaik menggunakan daun pisang yang dilubangi karena terdapat pori-pori yang lebih besar,kemudian plastik yang dilubangi karena plastik yang tertutup sudah dilubangi sehingga udara dapat masuk,hasil ketiga yaitu daun pisang yang tidak dilubangi pori-porinya lebih kecil sehingga udara sulit masuk tempe pun akan lama jadinya dan lama-kelamaan tempe akan membusuk,hasil terakhir yaitu plastik yang tidak dilubangi,tempe tidak bisa jadi karena udara sama sekali tidak bisamasuk oleh sebab itu tempe tidak akan jadi dan lama kelamaan tempe akan membusuk warnanyapun akan muncul kehitaman.


Saran
  1. Medium kedelai dan jagung harus benar-benar kering utnuk mencegah timbulnya bakteri kontaminan.
  2. Sebaiknya temperatur dijaga konstan pada suhu kamar.
  3. Pemberian lubang aerasi pada pembungkus haru teratur agar aerasi berlangsung baik.